Thursday, February 26, 2009

SEMUA ORANG  (TERMASUK PENGIKLAN) SUKA MAKANAN


Tulisan ini saya buat gara-gara baca headline berjudul Acara Kuliner Enggak Ada Matinya di http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/22/01232424/acara.kuliner.enggak.ada.matinya. Menurut artikel tersebut acara kuliner tetap bertahan di layar kaca. Rupanya, penggemar acara yang berkaitan langsung dengan urusan perut ini tergolong loyal, walau tidak berating tinggi. 

Tumben-tumbenan, ada acara berating tidak tinggi tapi tetap disiarkan di hampir seluruh televisi. Sebagaimana yang dikutip dalam headline kompas itu, salah satu Kepala Departemen PR Marketing televisi swasta bilang, acara kuliner memiliki segmen pasar yang cukup luas dan mampu menarik iklan.

Oh....saya kira saat ini televisi komersial sudah mulai mempertimbangkan needs audience. Ternyata tetap gara-gara iklan.... :D 



FAST FOOD, OH...FAST FOOD

Sebelum punya anak, saya menganggap tanggapan para aktivis terhadap bahaya promosi dan perilaku anak sebagai hal yang (lebih sering) mengada-ada. Sampai suatu hari, putri saya mukanya berbinar-binar melihat kotak bekas bungkus sebuah brand fast food di atas meja makan. "Kentang!" Katanya. 

Waduh...kok bisa, anak  belum 2 tahun (dan saat itu dia baru satu kali makan french fries fast food dari merek yang berbeda dengan yang dilihatnya di atas meja makan) paham bahwa kalau bungkus berbentuk seperti itu (baca: kotak kertas dengan bungkus-bungkus kecil kertas warna putih) sama dengan kentang yang pernah dimakannya beberapa waktu sebelumnya. 

Lebih ironis lagi, karena dalam kotak itu tidak ada sama sekali ketang. Memang benar fast food tersebut menjual juga kentang goreng. Tapi isi kotak itu saat dilihat anak saya sebetulnya adalah ati-ampla goreng (tahu kan fast food mana yang saya maksud? ;)) 

Bener juga ternyata, stimulasi melalui media sekecil apapun akan membuatnya ingat dengan sesuatu. Apalagi, coba deh perhatikan! Walau beda logo, hampir semua kemasan fast food mirip satu sama lain. 

Artinya, walau baru sekali makan fast food, sebenarnya ia sudah berulangkali melihat bungkus yang mirip dengan bungkus fast food yang pernah dimakannya itu melalui berbagi iklan dan juga saat jalan-jalan di Mall (di mana lagi anak jakarta jaman sekarang bisa bersenang-senang :p). 

Jadi, jangan anggap enteng pendapat para aktivis mengenai bahaya promosi dan dampaknya terhadap perilaku anak. Lebih penting lagi, jangan anggap enteng perkembangan otak anak-anak ;)