Tuesday, March 03, 2009

MELEK FACEBOOK 


Awal semester baru, saya dapat jatah membimbing mahasiswa skripsi di salah satu kampus tempat saya mengajar. Seperti yang sudah saya duga, facebook jadi tema ter-hot. Baru juga satu kali konsultasi judul dr sekian banyak mahasiswa yang saya bimbing, sudah ada 4 yang mengajukan judul berkenaan dengan facebook. 

Salah satu mahasiswa saya menjelaskan alasannya tertarik meneliti facebook adalah karena dia termasuk seorang "korban" facebook. "Gara-gara facebook saya putus sama pacar", jelasnya sambil pasang muka sedih :( Nggak jelas juga kasus mahasiswa saya apa, karena saya sengaja tak memperpanjang "curhat-an" mahasiswa itu (bukannya nggak mau dicurhatin,  soalnya dibelakang & samping mahasiswa ini sudah berjejer mahasiswa-mahasiswa lain yang mau bimbingan skripsi) 
 

Itu baru satu contoh "korban" facebook. Contoh lainnya, saya dapat dari milis keluarga saya (dalam bentuk pesan forward).  Isinya bercerita tentang kasus seorang mahasiswi yang data dirinya di facebook (karena terlalu lengkap) di copy-paste "oknum" tertentu & digunakan untuk membuat sebuah blog tanpa sepengetahuannya. 

Satu lagi nih, yang konyol banget. Seorang dosen pernah bercerita di depan forum yang dihadiri dosen-dosen lainnya. Dia bilang, mahasiswanya ada yang ngobrol di "wall" facebook dengan temannya & mendiskusikan bahwa dia sudah selesai menyontek tugas kuliahnya. Kebetulan, mahasiswa tersebut masuk di friends list sang dosen. Ketawan deh tugasnya hasil contekkan. 

Memang banyak manfaat situs sejenis facebook (barangkali sebanyak mudharat-nya). Mulai dari menemukan teman, guru, saudara, bekas pacar yang sudah lama hilang jejaknya. Branding bisnis atau diri sendiri. Bisa cek anak buah kerja beneran atau nggak (seperti sahabat saya yang rajin bener ngecek facebook anak buahnya. "Gue jadi tahu mana yang doyan up date facebook di jam kerja", katanya). Bahkan beberapa teman saya yang anaknya sudah pada ABG sengaja bikin account di facebook supaya bisa tahu aktivitas anaknya. 

Coba ketik nama saya, mau yang lengkap...mau yang nama bisnis di halaman facebook. Dijamin! Nggak bakal ketemu :)) Banyak teman & mahasiswa saya yang tanya, kenapa saya nggak punya facebook. Jawaban saya pendek saja, "Nggak pengen aja" (soalnya kalau saya jelaskan panjang-panjang lawan bicara saya sering kasih feedback yang jauh lebih panjang daripada jawaban saya :p)

Barangkali saya manusia bertipe anti-sosial. Soalnya dari trend "Friendster" pun saya nggak punya juga, tuh account di sana. Saya memang punya "Multiply" tapi alasan saya bikin account di situ adalah karena suatu hari saya menemukan tulisan mengenai almarhum ayah saya yang perlu "diluruskan" (menurut saya). Kejadian lah Tantri Suryokusumo punya Multipy :))  

Jawaban saya yang jujur nih...kenapa saya nggak punya facebook, friendster, atau situs sejenisnya adalah karena saya jengah! Aneh rasanya semua teman saya (atau yang ngaku jadi teman saya) bisa tahu tentang keadaan saya, suasana hati, atau melihat foto maupun video saya hanya dengan sekali klik. Banyak yang mentertawakan saya, "Ada teknologinya kaleee supaya nggak semua orang bisa "menelanjangi" lo!" 

Masalahnya, saya sadar keterbatasan pemahaman saya mengenai situs tersebut & teknologinya. Barangkali suatu hari saya akan punya account di situs-situs itu. Tentunya kalau saya memang membutuhkan situs tersebut & saya sudah melek teknologinya. Sudahkan anda melek facebook (& teknologi informasi lainnya?)  
FAST FOOD, OH...FAST FOOD 
(Sambungan nih!) 


Nyambung dari tulisan sebelumnya tentang stimulasi media & anak-anak, nih. Seorang teman yang menetap di Belanda, waktu mudik ke Jakarta beberapa hari yang lalu cerita, "Anak gue cuma mau makan .... (sambil menyebut salah satu merek fast food) selama di Jakarta." Lucunya, si anak rasanya bukan tertarik dengan rasa fast food tersebut. Soalnya, kata sang ibu, kalau kemasan fast food tersebut dibuka & makanannya disediakan di atas piring, anaknya tetap nggak mau makan. "Pokoknya dia harus liat ada huruf ...." , kata teman saya itu sambil menyebut huruf pertama fast food kedoyanan anaknya yang memang selalu ada di tiap kemasan produk fast food ini. 

Fast food...oh fast food....