Friday, February 23, 2007

DIGOSOK MAKIN SYIIIIIIIIP…


Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengharamkan tayangan infotainment televisi karena dinilai tergolong ghibah alias bergosip (Koran tempo, 27 Juli 2006). Beberapa waktu kemudian Ketua Majelis Ulama Indonesia, Amidhan menyatakan sependapat dengan fatwa Nahdlatul Ulama yang mengharamkan isi infotainment yang menayangkan aib orang lain (Koran Tempo, 8 Agustus 2006).

Jujur aja nih, saya pernah jadi antek-antek (baca: pekerja lepas) salah satu rumah produksi yang program andalannya adalah infotainment. Lebih jujur lagi, saya juga lumayan rajin nonton infotainment di televisi nasional, lokal, maupun berbayar (baca: televisi kabel). Tapi dari lubuk hati yang paling dalam (kalimat sok serius ini saya ketikan demi menunjukkan kejujuran saya yang teramat sangat J) saya juga sering merasa terganggu dengan berbagai tayangan infotainment yang ada di televisi kita. Sayangnya siapa yang mau peduli dengan terganggunya seorang penyiar radio nggak ngetop yang juga pernah ikut ambil bagian dalam industri infotainment (Sumpah deh, saya cuma jadi narator dan sebelum tandatangan kontrak kerja, katanya program itu bergenre woman’s magazine bukan infotainment), seperti saya J

Yah…apa mau dikata….! Ketika kita hidup di dunia yang semuanya ditentukan dengan selera pasaran (Saya nggak salah ketik! Saya memang sengaja mengetikkan pasaran, bukan pasar J) seperti sekarang, mau tak mau ketidaksukaan segelintir orang yang tidak terhitung melalui penelitian kuantitatif akan dianggap angin lalu. PBNU dan MUI boleh seia-sekata, tapi toh Ilham Bintang pasang dada membela industri yang diciptakannya. Menurut Bintang (Koran Tempo, 27 Juli 2006), sejak 1997 sampai dengan 2006, tayangan infotainment Cek & Ricek yang diproduksinya “hanya” menyiarkan 55 artis yang bercerai.

Daripada kita terlibat dengan perdebatan antara kaum (yang mengaku) agamis dan kaum (yang tidak mengaku) penyebar gossip, mending kita ulik pernyataan Ilham Bintang sang pionir infotainment di Indonesia itu dari sisi penelitian media. Pernyataan Bintang bahwa tayangannya hanya menyiarkan 55 artis yang bercerai sepanjang sembilan tahun bisa dibilang pernyataan yang menyederhanakan permasalahan.

Mari kita lihat: sepanjang sembilan tahun hanya ada 55 artis yang dikabarkan bercerai oleh program hasil kemasan rumah produksi Ilham Bintang. Di Negara yang selebritis-nya sebanyak Indonesia (Gimana nggak banyak….satu kali nongol jadi figuran aja udah bisa masuk infotainment) jumlah tersebut memang tidak besar. Tapi, jangan salah! Kalimat tadi maknanya sangat buram.

Kok bisa buram? Mari kita lihat: misalnya, artis A bercerai. Artis B bercerai. Kalau menurut perhitungan Pak Bintang, kelihatannya contoh-contoh ini akan dihitung sebagai dua artis yang bercerai. Rasanya keponakan saya yang baru masuk TK juga tahu, hasil penjumlahan contoh tadi adalah dua. Sayangnya, keponakan saya, juga sebagian konsumen dan produsen media, tidak tahu (atau belagak tidak tahu) bahwa menghitung isi media tidaklah semudah pelajaran matematika anak TK.

Dalam penghitungan isi media dibutuhkan kemampuan interpretatif dan pengetahuan yang baik atas isi media yang akan dianalisa (Stokes, 2005). Kemampuan ini dibutuhkan karena untuk menganalisa isi media secara ilmiah, kita harus dapat menentukan terlebih dahulu kategori-kategori yang akan dianalisa.

Ilustrasinya: Untuk meneliti seberapa sering berita perceraian artis disiarkan sebuah program infotainment, maka peneliti terlebih dahulu wajib menetapkan periode program siaran yang akan diamati, misalnya: antara tahun 1997 sampai dengan 2006. Lalu berdasarkan tujuan penelitian, peneliti berhak membuat sejumlah kategori, contoh: Untuk mengetahui seberapa banyak tayangan infotainment menyiarkan berita perceraian artis, peneliti bisa membuat kategori penelitiannya atas jumlah pemberitaan kasus perceraian artis yang disiarkan sepanjang periode penelitian. Langkah selanjutnya adalah: peneliti mengamati dan menghitung jumlah tayangan sepanjang periode penelitian yang memberitakan kasus perceraian artis.

Jadi, kalau artis A tanggal 10 Agustus 2006 dilaporkan mengugat cerai istrinya yang dituduh selingkuh. Pada 11 Agustus 2006 istri artis A membuat konferensi pers menampik tuduhan suaminya. Lalu, pada 12 Agustus 2006 artis A dan pengacaranya membuat konferensi pers guna membeberkan bukti adanya perselingkuhan sang istri. Ditambah lagi pada 13 Agustus muncul pernyataan dari mertua artis A, bahwa tuduhan anaknya selingkuh adalah bohong belaka. Lantas diteruskan lagi dengan pemberitaan pada 14 Agustus 2006 yang mengambil potongan wawancara dengan Satpam rumah artis A yang mengaku pernah memergoki artis A “jalan bareng” seorang artis muda berbakat…Mari kita hitung bersama: Berapa kali berita kasus perceraian artis A muncul?

Jumlahnya bukanlah satu artis yang bercerai, melainkan: LIMA KALI, saudara-saudara sekalian! Ini penghitungan sederhananya:

Artis A dilaporkan mengugat cerai istrinya yang dituduh selingkuh.
Istri artis A membuat konferensi pers menampik tuduhan suaminya.
Artis A dan pengacaranya membuat konferensi pers guna membeberkan bukti adanya perselingkuhan sang istri.
Pernyataan dari mertua artis A, tuduhan anaknya selingkuh adalah bohong.
Potongan wawancara dengan Satpam rumah artis A yang mengaku pernah memergoki artis A “jalan bareng” seorang artis muda berbakat.

Dalam lima hari kasus perceraian artis A diberitakan sebanyak lima kali. Ini baru satu artis. Bayangkan kalau dalam waktu sama ada tiga artis yang dalam proses perceraian dan semuanya mendapatkan kesempatan yang sama dengan artis A untuk diberitakan dalam sebuah tayangan infotainment. Ada 15 kali pemberitaan perceraian artis yang muncul dalam 5 hari di sebuah tayangan infotainment. Harap diingat: Ini baru perumpamaan perhitungn pemberitaan kasus perceraian artis dalam satu program infotainment.

Kembali lagi ke pernyataan Ilham Bintang bahwa tayangan infotainment Cek & Ricek yang diproduksinya “hanya” menyiarkan 55 artis yang bercerai, sebagai “pemerhati infotainment”, kita semua harus mencerna dengan kritis hasil penghitungan Bintang. Apakah pernyataan tersebut maksudnya Cek & Ricek betul-betul hanya menayangkan 55 artis yang bercerai atau… sebenanya, Cek & Ricek menyiarkan berita 55 orang artis yang bercerai, lantas mengemasnya ke dalam sejumlah headline dengan penarikan angle yang beranekaragam. Sehingga, total pemberitaan kasus perceraian artis bisa menjadi jauh lebih banyak daripada jumlah artis yang sedang dalam proses perceraian.

Ah….namanya juga gossip. Makin digosok, makin syiiiiip…..








No comments: