Kali ini sengaja saya pinjam judul lagu ABBA. Beberapa hari lalu, dalam situasi tak terduga, saya menerima curhat colongan dari seorang calon artis.
Intinya dia berniat promo album pertamanya. Si calon artis ini kaget waktu dengar bahwa supaya lagunya diputar di sebuah stasiun radio yang lagi kondang di ibukota, produsernya harus bayar sekitar 60 juta. Dengan membayar sebesar itu, lagunya akan diputar SATU KALI sehari dalam satu bulan di stasiun tersebut.
Si calon artis tidak paham, apakah nominal sebesar 60 juta itu adalah uang sah yang masuk ke kas stasiun yang bersangkutan atau "uang under table" alias uang "pelicin" yang diterima oknum stasiun yang bersangkutan. Nantinya oknum tersebutlah yang akan memastikan lagu si artis disiarkan.
Uang under table yang dilungsurkan produser atau artis dan manajemennya ini biasa (baca: bukan berarti legal, ya) dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Hal ini sempat beken di Amerika Serikat dengan istilah "payola".
Mungkin juga pihak stasiun radio tersebut memang memiliki "paket" penyiaran lagu dengan perjanjian tertentu. Misalnya: pihak produser atau manajemen artis bisa membayar airtime (waktu siaran yang digunakan) sehingga lagunya akan disiarkan radio yang bersangkutan. Jadi kalau lagunya berdurasi 3 menit dan harga pemasangan iklan di stasiun itu 500 ribu rupiah/menit, maka untuk menyiarkan lagunya 1 kali, produser atau manajemen artis harus membauar 3x500rb.
Sayang si calon artis kurang detil menceritakan mekanisme pembayaran 60 juta rupiah untuk penyiaran lagunya itu. Saya pun tak bisa menyimpulkan apa yang terjadi di stasiun radio yang lagi kondang tersebut. Apakah uang yang dimaksud adalah uang above atau under table juga tak berani saya analisa lebih lanjut.
Yang jelas, mau di atas atau di bawah meja, curhat colongan ini menandakan bahwa sebenar-benarnya ada sejumlah lagu yang kita simak di radio (jangan-jangan di tv juga????) bukanlah disiarkan berdasarkan seleksi manajemen stasiun yang bersangkutan. Bukan juga didasarkan pada pilihan pendengar. "It's all about the money", seperti judul lagunya Meja.
Seperti kata Madonna, "Cause we are living in a material world...." Maka radio ( dan tv???) sebagai media massa, tak sanggup pula melaksanakan salah 1 perannya yaitu sebagai sarana edukasi bagi khalayak. Tak heran selera musik kita pun menjadi seragam.
Terima kasih untuk para oknum yang telah sengaja ataupun tak sengaja mengedukasi kami sehingga memiliki selera musik yang seragam. Khalayak yang sebenar-benarnya bergantung pada kalian, hai pekerja media...agar dapat memiliki wawasan yang lebih beragam
Friday, July 02, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment